John Calvin (nama aslinya: Jean
Cauvin) lahir tahun 1509 di kota Noyon, Perancis. Dia peroleh pendidikan baik.
Sesudah belajar di College de Montaigue di Paris, dia masuk Universitas Orleans
belajar hukum. Dia pun belajar hukum di Bourges.
Calvin baru berumur delapan tahun
tatkala Martin Luther menempelkan posternya. "Tesis" di pintu gereja Wittenberg
yang membuahkan reformasi Protestan. Calvin dibesarkan sebagai orang Katolik,
tetapi selaku orang muda dia ganti jadi pemeluk Protestan. Menghindari hukuman,
dia segera pergi ke Paris tempat yang pernah dia tinggali, dan sesudah
mengembara beberapa lama, dia menetap di Basel, Swiss. Di sana dia hidup dengan
nama samaran dan terus memperdalam teologi. Di tahun 1536 tatkala umurnya
mencapai dua puluh tujuh tahun diterbitkanlah bukunya yang terkenal Lembaga
Agama Kristen. Buku ini yang menghimpun pokok-pokok kepercayaan Protestan dan
menyuguhkan dalam bentuk yang sistematis dan mudah dicerna, membuatnya
masyhur.
Kemudian di tahun 1536 dia
mengunjungi Jenewa, tempat faham Protestan dengan cepat berkembang dan menjadi
kuat. Dia minta tinggal di sana sebagai guru dan pemuka masyarakat Protestan.
Tetapi, pertentangan segera timbul antara pihak penganut Calvin yang keras dan
puritan dengan orang-orang Jenewa, dan di tahun 1538 dia dipaksa meninggalkan
kota itu. Tetapi, di tahun 1541 dia diundang untuk datang lagi. Ini dilakukannya
dan dia menjadi bukan semata pemuka agama di kota itu, melainkan sekaligus jadi
pemuka politik yang efektif hingga ajalnya tahun 1564.
Dalam teori, Calvin tak pernah jadi
diktator di Jenewa. Banyak penduduk punya hak pilih dan banyak kekuasaan politik
formal dipegang oleh sebuah dewan yang terdiri dari dua puluh lima orang. Calvin
bukanlah anggota dewan ini. Dia bisa dipindah tiap saat (dan memang terjadi dia
diusir di tahun 1538) bilamana dia tidak disukai oleh mayoritas. Namun, dalam
praktek dia menguasai kota. Dan sesudah tahun 1555 dia pada dasarnya merupakan
seorang otokrat.
Di bawah kepemimpinan Calvin, Jenewa
menjadi pusat Protestan yang menonjol di Eropa. Calvin dengan gigih mencoba
mendorong kemajuan dan pertumbuhan Protestan di negeri-negeri lain, khusus di
Perancis, dan ada sementara waktu Jenewa dijuluki "Romanya Protestant". Hal
pertama yang dilakukannya sekembalinya di Jenewa adalah menggariskan
aturan-aturan gerejani untuk gereja pembaharuan di sana. Selama di Jenewa Calvin
menulis banyak esai keagamaan yang berpengaruh. Esai-esai ini menjadi patokan
buat gereja-gereja pembaharuan di Eropa, dan berbarengan dengan itu meneruskan
memperbaiki dia punya buku Lembaga Agama Kristen. Dia juga memberi serangkaian
ceramah-ceramah tentang teologi dan Injil.
Jenewanya Calvin merupakan kota yang
agak puritan dan keras. Bukan cuma perzinahan dan hubungan bebas dianggap
kejahatan berat, tetapi juga judi, mabuk dan dansa serta nyanyi lagu-lagu
ngelantur semuanya terlarang dan bisa mengakibatkan jatuhnya hukuman berat.
Kunjungan ke gereja pada jam-jam yang diatur oleh acara merupakan perintah hukum
dan panjangnya khotbah sudah menjadi kebiasaan.
Calvin sangat mendorong ketekunan
kerja. Dia juga mengobarkan semangat belajar. Dalam masa pemerintahannyalah
Universitas Jenewa didirikan.
Calvin orang yang tidak kenal
toleransi, dan siapa yang dianggap murtad, segera dapat kutukan dan hukuman di
Jenewa. Korbannya yang terkenal (walau jumlahnya tidak banyak) adalah Michael
Servetus, seorang dokter dan teolog yang tidak percaya doktrin Trinitas. Ketika
Servetus datang di Jenewa, dia ditahan, diadili dengan tuduhan murtad, dan
dijatuhi hukuman bakar hingga hangus jadi arang (1553). Juga, beberapa orang
yang dituduh jadi tukang sihir menjalani nasib serupa di masa
pemerintahannya.
Calvin meninggal dunia di Jenewa
tahun 1564. Dia beristeri, tetapi sang isteri berpulang tahun 1549 dan anak
satu-satunya mati begitu lahir.
Arti penting Calvin tidak terletak
pada kegiatari langsung politiknya, melainkan pada ideologi yang disiarkannya.
Ditekankannya pada kekuasaan dan makna penting Injil, dan seperti halnya Luther,
menolak kebiasaan dan pentingnya gereja Katolik Roma. Dan seperti halnya Luther,
St. Augustine dan St. Paul, Calvin berpegang pada pendapat bahwa semua manusia
itu berdosa, dan penyelamatannya bukan lantaran bekerja dengan baik-baik
melainkan semata-mata lewat kepercayaan. Yang paling mengesankan adalah pikiran
Calvin tentang adanya takdir serta orang terkutuk. Menurut Calvin, Tuhan sudah
ambil keputusan --tanpa pertimbangan kebajikan yang diperbuatnya--apabila
seseorang itu terselamatkan atau terkutuk. Jika demikian halnya, buat apa
seseorang mesti berbuat dan bermoral baik? Jawaban Calvin adalah "si terpilih"
(orang-orang yang dipilih Tuhan menerima Nabi Isa karena itu menerima pembebasan
dosa) sudah pula dipilih Tuhan untuk berbuat benar. Kita tidak selamat berhubung
sudah berbuat benar. Kita tidak selamat berhubung sudah berbuat baik, tetapi
kita berbuat baik karena Tuhan telah memilih kita untuk jadi selamat dari dosa.
Walaupun doktrin itu tampaknya ganjil, tak diragukan lagi hal itu telah
mengilhami para pengikut Calvin untuk hidup secara taat dan polos luar
biasa.
Calvin sudah memberi sumbangan
pengaruh besar kepada dunia. Doktrin teologinya akhirnya merebut pendukung lebih
banyak ketimbang yang diperoleh Luther. Meskipun daerah Jerman bagian utara dan
Skandinavia merupakan daerah kaum Lutheran yang berakar, tetapi Swiss dan negeri
Belanda menjadi daerah Calvinis. Ada sebagian kecil penganut Calvin di Polandia,
Hongaria dan Jerman. Kaum Presbytarian di Skotlandia adalah Calvinis, seperti
halnya orang-orang Huguenot di Perancis dan kaum Puritan di Inggris. Pengaruh
Puritan di Amerika, tentu saja, cukup kuat dan bertahan lama.
Jenewanya Calvin lebih mendekati
sebuah kota teokrasi ketimbang demokrasi, namun kalau ditilik-tilik, pada
akhirnya akan tampak jua bertambahnya gejala-gejala demokratis. Atau bisa juga
akibat karena pengikut Calvin di banyak negeri itu minoritas, mereka pilih
mendingan bersandar saja pada kekuatan penguasa daripada beraneh-aneh tingkah.
Atau disebabkan lantaran faktor pengaruh tatanan keorganisasian gerejanya
sendiri yang sedikit banyak memberi warna kepada sikap tindakan mereka
menghadapi dunia luar. Tetapi, apa pun alasannya, basis kekuatan kaum Calvinis
yang asli (Swiss, Negeri Belanda dan Inggris) menjadi basis kekuatan demokrasi
pula.
Ada yang menuntut pengakuan bahwa
doktrin Calvin merupakan faktor utama terbentuknya apa yang disebut "Etik kerja
Protestan", dan merupakan faktor utama pula tumbuhnya kapitalisme. Dalam hal ini
agak sukar ditetapkan sampai seberapa jauh dan banyak kadar Calvinis yang
memegang peranan. Belanda, misalnya, sudah punya penduduk yang berpembawaan
rajin, jauh sebelum Calvin lahir ke dunia. Sebaliknya, tidak beralasan juga
mengecilkan makna seruan Calvin agar pengikutnya bekerja keras. (Perlu agaknya
dicatat, Calvin ada mengijinkan renten (riba), sesuatu yang dikutuk keras oleh
moralis-moralis Kristen sebelumnya. Renten inilah salah satu faktor penting
dalam pertumbuhan kapitalisme).
Seberapa tinggi baiknya kedudukan
Calvin mesti ditempatkan pada daftar urutan buku ini? Pengaruh Calvin telah
menurun khusus di Eropa dan Amerika Utara. Dan lebih jauh lagi, jelas sekali
pengaruhnya dengan tajam menurun pada abad lalu. Dan dalam beberapa hal,
kedudukan Calvinisme telah tergeser oleh tokoh-tokoh sebelumnya seperti Nabi
Isa, St. Paul dan Luther.
Meskipun reformasi Protestan punya
makna sebagai peristiwa sejarah, jelas pula bahwa Martin Luther adalah tokoh
paling bertanggung jawab atas kebangkitan itu. Calvin sendiri hanyalah salah
seorang dari sekian banyak tokoh Protestan berpengaruh lainnya yang muncul
sesudah Luther. Karena itu jelaslah Calvin mesti ditempatkan dalam urutan jauh
di bawah Luther. Di lain pihak, Calvin mesti ditempatkan di atas filosof-filosof
seperti Voltaire dan Rousseau sebagian karena pengaruhnya berkembang dalam
jangka waktu dua kali lamanya ketimbang pengaruh mereka, dan sebagian lagi
karena ide-idenya merasuk dalam sekali ke kalbu para pengikutnya.
0 komentar:
Posting Komentar